Update: 31 Maret 2017
"Lebih baik, Anda membuat perjanjian aplikasi di VFS Kuningan City karena mereka sepertinya telah 'dikerahkan seutuhnya' untuk urusan pervisaan jangka pendek."
Austria, negara yang ingin sangat dikunjungi karena ketertarikan saya terhadap Salzburg, Innsbruck, Hallstat, dan Plachutta's Tafelspitz, sepertinya tidak seramai kedutaan negara Schengen lainnya yang ramai menjadi gerbang mendapatkan visa sakti tersebut. Hal itu saya rasakan karena minimnya informasi yang saya dapatkan di internet dari blogger maupun situs-situs perjalanan mengenai aplikasi visa Schengen melalui kedutaan Austria.
Namun siapa sangka, kedutaan Austria ternyata juga melayani pengajuan visa jika memang tujuan utama (main state) Anda adalah negara Malta dan Slovenia (yang juga masuk ke dalam 26 negara Schengen). Kali ini, Cacanotabi akan membahas langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan visa Schengen dari Kedutaan Austria di Jakarta. Pengajuan dilakukan pada Kamis, 20 Agustus 2015 pukul 10.30 WIB (waktu perjanjian). Bahasan yang akan dijelaskan ialah sebagai berikut:
Pembuatan janji (visa appointment)
Sama dengan aplikasi visa di beberapa kedutaan negara Schengen lainnya, di kedutaan Austria Anda harus membuat janji terlebih dahulu, kalau tidak buat janji, ya siap-siap saja untuk diusir. Jika Anda sudah pernah dipindai sidik jari atau bola matanya gak usah datang donk? Nah, kalau dari situsnya sih dibilang harus datang sendiri, tanpa menyebut peraturan apapun bagi pengaju yang sudah pernah dipindai sidik jari atau bola matanya. Untuk pembuatan janji (visa appointment)-nya sendiri hanya melalui sistem online di sini.
Nah, berikutnya akan dijelaskan nih tahap-tahap apa saja sih yang diminta saat pembuatan janji di situs kedutaan besar Austria. Mari kita simak enam tahap pembuatan janji di Kedutaan Austria! *gambarnya sedikit kecil dan pecah, jadi di-zoom aja ya...
STEP 1
Di tahap ini Anda hanya disuruh memilih alasan Anda membuat janji itu buat apa, untuk pembuatan visa-kah atau izin tinggal di Austria.
STEP 2
Anda akan diminta mencantumkan berapa orang yang akan mengajukan visa dalam waktu yang bersamaan. Nah, saat itu pengajuan dilakukan untuk dua orang, yaitu untuk ayah dan ibu saya, jadi makanya dipilihlah dua (2). Dan sepertinya... dalam satu waktu pengajuan visa hanya bisa menampung maksimal tiga orang karena pilihan yang ada cuma hingga tiga (3) orang *you don't say
STEP 3
Akhirnya inti dari pengisian form ini tiba juga, yaitu memilih hari dan jam yang sesuai dengan waktu luang kita. Nah, waktu aplikasi visa ini dibuka dari pukul 09.00-12.00 WIB, dan beruntung dalam waktu dekat masih banyak slot waktu yang tersedia. Menurut saya sendiri, sepertinya cukup jarang orang yang melakukan pengajuan visa Schengen di kedutaan Austria, berbeda dengan kedutaan Jerman yang harus reservasi dua minggu sebelumnya untuk mendapatkan tanggal yang diinginkan. Ditambah, saya kesulitan dalam menemukan artikel yang membahas pengajuan visa di kedutaan Austria (makanya saya ngebet nulis artikel ini, padahal artikel Sulawesi Selatan dan Jepang masih banyak yang belum ditulis).
STEP 4
Pada tahap ini kita hanya akan diberikan informasi mengenai alamat kedutaan, proses yang harus Anda lakukan jika tiba-tiba dokumen tidak lengkap serta kapan harus membatalkan pertemuan, dan link paling membantu (walaupun paling membingungkan dari kedutaan lainnya) mengenai dokumen yang harus disiapkan pada hari-H.
STEP 5
Tidak mungkin kan membuat janji tanpa memberi tahu siapa diri Anda?! Ya, pada tahap ke-5 ini Anda akan diminta untuk menuliskan siapa diri Anda yang sebenarnya, berupa nama, tanggal lahir, nomor paspor, jenis kelamin, alamat rumah, nomor telepon, alama email, dan masa berlaku paspor. Karena pada tahap ke-2 tadi saya memilih jumlah pengaju adalah dua orang, disini kita akan diminta untuk menuliskan kedua jati diri pengaju tersebut. Namun bisa dilihat pada bagian yang saya kotakan hijau, hanya ada pilihan untuk satu orang, jadinya saya berasumsi bagian tersebut untuk orang yang bisa dijadikan contact person, ya saya tulis saja jati diri ayah saya di bagian tersebut.
STEP 6
TADA! Selesai sudah pembuatan janji dalam pengajuan visa di kedutaan Austria. Di saat yang bersamaan kedutaan Austria akan mengirimkan konfirmasi perjanjian ke email Anda (yang sudah ditulis di tahap ke-5) berupa hal yang sama pada gambar di bawah ini. Namun akan lebih lengkap karena akan disertakan link untuk membatalkan perjanjian (jika tiba-tiba terdapat "kecelakaan" misalkan). Untuk jaga-jaga, bukti konfirmasi ini saya print untuk dijadikan "access card" di pintu masuk kedutaan Austria nanti. Dokumen yang dibutuhkan
Masuk ke bagian terpenting dan terdetail dari pengajuan visa, yaitu menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Walaupun visa schengen itu berlaku untuk 26 negara Eropa, namun bukan berarti di setiap kedutaan peraturannya akan sama, sebagai contoh di kedutaan Yunani Anda akan diminta surat yang ditandatangani oleh sebuah departemen kementerian RI (maaf saya lupa tepatnya departemen apa) dan biaya aplikasi visa sebesar 3 juta lebih per orang (bisa dibilang sedikit "kotor" sih pengajuan visa di kedutaan Yunani, namun kasus ini terjadi saat tahun 2013, saya tidak tahu apakah prosedurnya sudah diubah atau belum menjadi yang "lebih" benar), sedangkan di departemen lain seperti Jerman, Spanyol, Austria, dsbnya Anda tidak akan menemukan hal seperti ini.
Menurut saya sendiri, informasi mengenai berkas pengajuan visa yang dicantumkan di situs resmi kedutaan Austria sangatlah membingungkan. Bagaimana tidak, mereka menyusun secara tidak sistematis, tidak ada pembagian subjudul yang memudahkan pencarian, daftar berkas yang dibutuhkan pun tidak disusun secara rapih dalam bullets or numbering atau tabel (bisa dibandingkan dengan informasi di kedutaan Jepang atau Jerman yang tersusun rapih, jelas, dan tegas), dan saya dibuat bingung karena pemilihan diksi dalam situs tersebut tidak tegas sehingga saya tidak tahu mana yang wajib mana yang tidak. Saking bingungnya, saya sambil membuat tabel sendiri, yaitu dengan membaca dan meringkas dari pengumuman yang ada di situs, setelah itu membandingkan dengan informasi aplikasi visa kedutaan Austria yang ada di Uni Emirat Arab dan Filipina, serta aplikasi visa di kedutaan Jerman di Jakarta. Belum lagi formulir aplikasi schengennya yang terdiri dari 4 bahasa, yaitu Jerman, Inggris, Perancis, dan Italia dengan font kecil (perasaan dulu hanya dua bahasa saja). Karena berbagai alasan tersebut, ayah saya sampai nyerah dan seperti orang stres, dan akhirnya pergi tidur sehingga semuanya saya yang menyusun. Nah, tapi semoga hal yang terjadi pada saya, tidak berlaku bagi Anda. Namun, kalau Anda merasa bingung mungkin tulisan ini bisa menjadi sedikit penerang (namun bukan tanggung jawab saya ya kalau nasib kita berbeda).
Jadi dari gambar yang tertera di atas, sudah terlihat jelas rangkuman penting berkas-berkas apa saja yang harus disiapkan, secara umum berkas yang harus ada (turis atau alasan lain) ialah:
Untuk urusan bisnis, sebisa mungkin Anda menyertakan:
Pada situs kedutaan Austria mereka meminta dokumen yang tertera di bawah ini, namun tidak saya masukan saat proses pengajuan visa dan juga tidak ditanyakan oleh petugas, yaitu:
Perlu diketahui juga beberapa permintaan penting dari kedutaan Austria, sebagai berikut:
Saat hari-H, saya menyertakan seluruh dokumen yang telah disebutkan di atas dalam bentuk asli maupun fotokopi, kecuali pas foto. Semua dokumen sendiri juga menggunakan bahasa inggris, kecuali SK kerja orangtua saya yang memang dari kementerian menggunakan bahasa Indonesia. Kalau minta diterjemahin ya semaking rempong, dimana harus mengurusnya lagi ke kementerian atau sejenisnya. Lokasi & tempat parkir kedutaan Austria
Mungkin banyak orang yang kebingungan dimana letak kedutaan Austria karena bentuk bangunan di sekitar Jl. Diponegoro kebanyakan diisi rumah para pejabat, namun memang benar, kedutaan Austria tampak tidak seperti gedung kedutaan yang sering ditemui di jalanan protokol (e.g. Jerman, Jepang, Malaysia, dsbnya), dari luar tampak seperti rumah dengan gaya minimalis namun memiliki satpam serta terdapat traffic cone di pinggir jalanannya. Kedutaan ini juga bersebrangan dengan kedutaan Italia yang ciri bangunannya memang seperti kedutaan pada umumnya di jalanan protokol. Ciri khas dari kedutaan Austria adalah bentuk bangunan minimalis kotak dengan pagar luarnya berupa tralis besi diselingi tembok tinggi yang ditutupi dengan pohon bambu.
Untuk lebih mudah mencari (walau tidak susah, hanya perlu ketelitian), berikut saya kasih tips gampangnya. Jadi kalau Anda dari arah Metropole/Matraman/Manggarai, sudah pasti Anda akan melewati kantor Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) lalu lampu merah, nah sehabis lampu merah mulai ambil sisi kiri jalan, nanti akan ada Wisma Elang Laut (Jl. Diponegoro No. 48), dan tepat dua rumah setelahnya ialah kedutaan Austria. Yang Anda harus lakukan ialah berhenti sebentar dan dengan sigap satpam akan menghampiri Anda dengan muka ramah (tapi benar lho, petugas-petugas di kedutaan ini memang lebih ramah dan sopan dibandingkan kedutaan lainnya). Balik ke topik! Nah, pasti banyak yang nanya nih, apakah lebih baik menggunakan kendaraan umum, membawa kendaraan sendiri, atau menggunakan supir. Walaupun dari luar tidak tampak adanya parkiran, ternyata mereka menyediakan parkiran di sebuah rumah putih yang tidak terurus di samping kedutaan (kata satpam kedutaan, konon harga tanahnya mencapai 200 miliar rupiah, namun pemilik tidak ingin melepasnya). Jadi saya rasa tidak masalah jika Anda membawa kendaraan sendiri, ya apalagi jika menggunakan kendaraan umum ataupun membawa supir pastinya lebih mudah. Cerita utama: apa yang dilakukan?
Seperti yang sudah diketahui, kami membuat janji pukul 10.30 WIB dengan kedutaan, namun kami tiba pukul 09.41 WIB dimana kami tidak dapat masuk ke dalam kedutaan, pilihannya ya berdiri di luar pagar kedutaan atau menunggu di mobil atau jangan datang terlalu kepagian. Lebih baik anda datang 15 menit sebelum waktu anda tiba, karena pukul 10.06 WIB kami diperbolehkan masuk (karena pengaju sebelum giliran kami sudah selesai).
Pertama Anda akan diminta untuk melapor ke pos satpam yang dibatasi oleh kaca, nantinya akan diminta KTP masing-masing pengaju serta menunjukan surat perjanjian via online (yang dikirimkan di email, waktu itu saya print, saya tidak tahu apakah diperbolehkan jika menunjukan lewat handphone saja). Komunikasi antara satpam dan pengaju akan melalui microphone dan sebuah slot keren untuk memasukan KTP dan surat perjanjian, namun KTP dan surat perjanjian tersebut tidak disita pemirsa, langsung dikembalikan ke pengaju seusai diperiksa. Di kedutaan tersebut juga tidak ada metal detector, tas hanya akan dibuka untuk diperiksa, handphone-pun tidak disita hanya saja tidak boleh dipergunakan. Setelah itu kami tinggal masuk ke pintu tralis besi dan melewati taman sekitar 10 meter jaraknya. Setelah melewati taman, kami disuruh memasuk pintu hitam tinggi yang sepertinya terbuat dari baja, setelahnya pada sisi kanan akan ada pintu lagi yang setelah dimasuki terdapat dua loket kaca, saat kami masuk sempat kaget karena tidak ada petugas, namun tidak lama kemudian datanglah mbak-mbak yang dengan ramahnya menyambut kami, dan transaksi dokumen dimulai melalui slot keren persis yang terdapat di pos satpam tadi. Nah, waktunya deh diperiksa berkas-berkas kami, alhamdulillah bukannya kritikan, kami mendapatkan pujian dari mbak-mbaknya, formulir schengen yang kami kumpulkan dipuji karena kerapihannya (sombong sedikit, kapan lagi dipuji sama petugas kedutaan, ini mukjizat). Kebetulan pengaju sebelum kami adalah teman ayah saya, dan beliau mungkin tulis tangan jadi sulit untuk dibaca, sedangkan kami diketik. Lalu, mbak-mbaknya juga bilang, "Wah, kenapa punya bapak ada invitation letter dan invoice untuk acara yang bapak ikuti? Soalnya teman bapak sebelumnya tidak menyertakannya.", jadi sedikit saran saja, misalkan Anda pergi untuk urusan bisnis atau seminar dan ada kerabat yang mengikuti acara yang sama, sebaiknya tanya-tanya dulu dokumen yang mereka sertakan (maksudnya invitation letter, tiket, dsbnya dari acara) sehingga saat di kedutaan bisa kompak, jangan sampai ada yang jadi korban. Pemeriksaan berkasnya sendiri pun sepertinya tidak terlalu teliti. Jadi saat itu berkas yang fotokopi dan asli kami pisahkan, nah karena ada slot keren tersebut semua berkas kami diambil sehingga tidak bisa menunjukan satu-satu mana berkas yang boleh diambil petugas, mana yang tidak sehingga kami harus mengingatkan si petugas untuk mengembalikan berkas asli kami. Saat itu orangtua saya minta untuk dikembalikan surat bukti profesi yang asli karena belum dikembalikan, nah dikembalikan tuh oleh mbaknya, namun surat bukti profesi yang fotokopian juga ikut dikembalikan, ya orangtua saya baru ngeh di rumah, jadi ya menurut saya kurang teliti begitu, ya seperti cepat-cepat (di kedutaan Jepang juga seperti itu sih). Ada bukti lagi nih kalau memang petugas kedutaan Austria itu memang lebih sopan dan ramah dibandingkan petugas kedutaan negara schengen lainnya, yaitu saat kami mengeluh karena informasi di situs kedutaan kurang jelas (bertele-tele, tidak tegas, dan bercampur dengan perturan lainnya), serta formulir visa schengen milik Austria terlalu banyak bahasa (seingat saya dulu, formulirnya hanya dua bahasa). Namun, respon dari mbak-mbak ini mengejutkan, dirinya malah meminta maaf, dan mengatakan jika kedutaan Austria di Indonesia sudah merespon mengenai banyaknya bahasa yang ada di formulir dan hampir sempat menggantinya, namun sudah ketentuan dari Schengen sendiri seperti itu, jadi tidak bisa diganggu-gugat deh. Informasil lagi nih dari satpam kedutaan! Jadi, petugas visa di Austria itu memang ya si mbak itu saja sendiri, baru kalau beliau berhalangan, asistennya yang akan menggantikannya. Setelah dokumen di cek dan dinyatakan lengkap, di sebelah loket terdapat pemindai sidik jari dimana kami disuruh untuk menempelkan 4 jari (telunjuk hingga kelingking) dan kedua jempol, baik tangan kanan maupun kiri, mereka juga menyediakan hand sanitizer lho. Setelah pemindaian, kami harus melakukan pembayaran di loket yang sama dengan mata uang rupiah (cash only), lalu diberikan resi yang nantinya harus dibawa saat pengambilan paspor-visa. Bisa disimpulkan pengurusan visa di kedutaan Austria sangatlah cepat, dan hanya memakan waktu 10-15 menit (dari masuk ke pos satpam hingga pembayaran). Kami diberitahu untuk datang kembali pada 3 September 2015 (pembuatan visa memakan waktu 14 hari), waktu pengambilan paspor juga pukul 09.00-12.00 WIB (sama dengan pengajuan visa), dan tidak perlu lagi untuk membuat janji di website. Pengambilan paspor tersebut harus dilakukan sendiri, namun bisa juga diwakilkan oleh salah satu keluarga yang turut serta dalam perjalanan tersebut, untuk keluarga lain yang tidak ikut turut-serta sayangnya saya kurang tahu.
Hari yang ditunggu-tunggu telah datang! Ya, tepat 14 hari sejak pengaplikasian visa di kedutaan Austria, pengambilan visa dilakukan. Pengambilan diwakilkan oleh Ayah saya. Sama dengan aplikasi yang hanya sebentar, pengambilan visa ini juga sebentar ternyata, kurang-lebih hanya 10 menit dalam pengambilannya.
Sesampai di kedutaan Austria, kita harus laporan dulu ke pos satpam, lalu memperlihatkan KTP (nah beda dengan hari pengaplikasian, kali ini KTPnya dipegang oleh pak satpam) serta resi tanda pengambilan paspor-visa (gambar yang di atas). Kita tidak akan langsung disuruh masuk ke dalam kedutaan oleh satpamnya, jadi harus menunggu terlebih dahulu di luar kedutaan (di pinggir Jl. Diponegoro). Si satpam harus mengkonfirmasi dulu apakah visa dan nama pengaju sudah benar, jika sudah benar nantinya si satpam akan memanggil kita untuk masuk ke dalam kedutaan, persis di tempat dan loket yang sama saat hari pengaplikasian. Jadi tempat pengambilan visa di kedutaan Austria itu sama dengan tempat pengajuan visa, di loket yang sama, dan dengan petugas yang sama pula (baca ceritanya di atas). Saat itu, petugas sedang melayani seorang pengaju visa sehingga Ayah saya harus menunggu sebentar di ruangan tersebut (tenang, disediakan tempat duduk kok). Tidak lama kemudian, Ayah saya dipanggil ke loket, dan memberikan resi yang dimilikinya. Nah, kalau misalkan Anda pergi dengan keluarga Anda, cukup perwakilan satu orang dalam pengambilan visa tidak akan jadi masalah, yang terpenting Anda harus membawa resi setiap anggota keluarga Anda. Saya tidak tahu ya kalau kasusnya kerabat kerja atau dsbnya, mungkin harus menggunakan surat kuasa kali ya (sotoy). Akhirnya passport dikembalikan, dan jreng-jreng!
Walaupun terlihat susah, rempong, dan tidak jelas dalam pengumpulan berkas yang diminta oleh kedutaan Austria, namun jangan pernah Anda mengatakan kata "menyerah" sebelum melewati proses pengajuannya. Ternyata di luar dugaan saya, kedutaan Austria ternyata tidaklah menjengkelkan dan petugas-petugasnya amatlah ramah. Jadi bagi Anda yang memang ingin melakukan pengajuan visa schengen ataupun visa Slovenia dan Malta, tidak perlu ada kata ragu untuk melakukannya!
43 Comments
marsha
7/12/2015 19:52:57
Wah makasih yah blognya membantu sekali, cuma ada pertanyaan nih.
Reply
11/12/2015 20:10:51
Halo Mbak Marsha, maaf banget baru saya balas.
Reply
Heni
14/12/2015 11:36:55
Di kedutaan perlu wawancara tidak ya?? 17/12/2015 20:09:48
Halo Mbak Heni, maaf baru balas. Untuk visa bisnis dan wisata tidak perlu wawancara mbak
Marsha
8/1/2016 13:11:00
Wah puji Tuhan sudah dapet visanya. Bener loh mbak orang kedutaannya ramah dan semua proses juga lancar dan tidak di persulit. Terimakasih banyak untuk infonya ya blognya membantu sekali :-) 8/1/2016 16:36:41
Halo Mbak Maria,
KISAH CERITA SUKSES SAYA JADI TKI
Reply
Heri Susanto
20/1/2020 03:53:08
Selamat Pagi Ibu Atau Bapak di Tempat.
Reply
Dini Nurmuharomah
7/1/2016 02:59:01
Apa ada jarak waktu dari pembuatan appointment sampai datang ke kedutaannya? Atau memang sesuai waktu luang kita saja?
Reply
7/1/2016 14:23:46
Halo Mbak Dini,
Reply
Lia
29/1/2016 22:09:44
Mau nanya, kalau gak bawa Kartu keluarga dan akte lahir yang asli tidak apa2kah?soalnya saya org daerah
Reply
31/1/2016 00:04:54
Halo Mbak Lia,
Reply
Kiko
11/5/2016 11:51:19
Maaf mbak, saya mau tanya
Reply
Annisa
13/5/2016 12:51:47
Hallo...
Reply
Marsha
13/5/2016 15:31:13
Hallo mbak Anissa aku bantu jawab ya hehe kebetulan aku kemarin baru dari kedubes austria yg di diponegoro mereka bilang skrg kalau mau apply visa C udah gak bisa melalui kedubes lagi berarti udah harus lewat vfs kayanya ya semacam agen gitu yg dikuningan
Reply
Annisa
13/5/2016 16:45:11
Hi Mba Marsha,
Marsha
9/6/2016 14:52:25
Hai mbak Anissa, wah aku boleh minta kontak mbak nissa? kalo boleh wa nya email ke [email protected] ya.
Reply
Mel
8/12/2017 01:21:46
Hi mba Marsha.. suami nya org austria ya mba? Aku boleh email gak mba? 😁😁
elsa
15/7/2016 19:24:46
sis,
Reply
Rengga Sanjaya Nuriman
30/8/2016 15:47:20
Halo Mbak,
Reply
25/11/2016 18:01:57
hai mb...
Reply
Cacanotabi
26/11/2016 23:29:06
Halo Mbak Santi,
Reply
Yanti
6/1/2017 15:08:31
Hi. Mbak marsya saya boleh tanya,
Reply
Alfonsa
11/6/2017 04:09:10
Hallo mba marsya, blognya bagus banget, lengkap, aku mau tanya satu hal, untuk bukti keuangan dari bank, apa ada keharusan berapa minimal saldo di rekening kita biar visanya bisa di approve?
Reply
16/6/2017 18:00:00
Halo Mbak/Mas Alfonsa,
Reply
ALFONSA
18/6/2017 22:07:50
eh maaf mba Caca, saya salah liat nama ehehe 18/6/2017 22:35:06
Oh ya, saya Maret 2017 kemarin baru apply visa Schengen untuk Austria, lebih baik mbak/mas Alfonsa apply melalui VFS Kuningan saja ya, soalnya saya apply di kedubes Austria, eh malah diusir, disuruhnya apply lewat VFS, padahal udah buat perjanjian juga.
Cynthia
25/7/2017 11:19:36
Haallooo mbak/mas cacanatobi.. boleh minta emailnya utk sy tanya2? Rencana mau apply visa schengen jg utk ke austria. Syukur bgt ketemu blog ini.. 😁😁
Reply
26/7/2017 12:00:00
Halo, Mbak Cynthia, tentunya boleh donk.
Reply
Desi
14/8/2017 10:00:50
Hi Mb Caca,
Reply
14/8/2017 23:21:20
Halo Mbak Desi...
Reply
fany
16/8/2017 23:53:32
halo mba, check email yaa, aku nanya2 disana. hehe ditunggu balesannya
Reply
Ria
18/8/2017 23:04:35
Halo mbak caca.
Reply
25/8/2017 16:45:07
Halo Mbak Ria,
Reply
21/8/2017 22:22:37
Mba Caca, terimakasih atas informasi yang diberikan. Saya ingin bertanya, apakah benar jika ingin mengajukan Visa Malta harus membubuhkan Rekening Koran pribadi yang dimana minimal saldonya harus Rp. 10.000.000,00? Terimakasih :)
Reply
25/8/2017 16:49:24
Halo Mas Julian,
Reply
rizka
11/9/2017 19:14:47
mbak apakah dokumen yg di translate ke bahasa inggris harus menggunakan jasa sworn translator?
Reply
Cacanotabi
2/12/2017 21:00:09
Halo Mbak Rizka,
Reply
nare
25/1/2018 17:12:20
hai mba aku mau nanya,
Reply
Sinta
20/3/2018 19:38:00
Makasih ya mbak. Blognya sangat membantu. Saya dapet visanya.
Reply
Enggita
19/5/2018 07:45:47
Mbak Caca, tlg bc email saya ya.. mksh..
Reply
Nani
2/1/2021 16:24:53
jika ada rencana menikah di slovenia, visa apa yg harus saya urus?.Dokumen dan syarat apa saja yg harus sy siapkan?. terima kasih
Reply
Leave a Reply. |
Archives
December 2017
Categories
All
|