Setelah sekian banyak artikel yang saya tunda, akhirnya saya bertekad untuk langsung menulis review tempat makan rekomendasi saya, langsung setelah menikmatinya. Tanya kenapa? Agar saya bisa mendeskripsikan rasa makanan tersebut se-detail mungkin he-he. Kali ini saya sedang berada di Jepang karena sedang libur kuliah dan ingin menyempatkan diri untuk melihat bunga sakura. Namun, di balik itu semua, saya juga memiliki list tempat makan yang harus saya kunjungi, dan hukumnya wajib. Salah satu makanan yang sedang "kekinian" di Tokyo adalah gyukatsu (牛かつ). Ya! Jika Anda tahu chicken-katsu di Hoka-Hoka Bento yang menggunakan daging ayam, kali ini ada gyukatsu, yang berarti daging sapi (gyu) yang digoreng berbalurkan tepung panko. Selama ini, Jepang lebih berbangga hati dengan tonkotsu--yang berasal dari daging babi--sehingga dapat ditemukan dengan mudah di setiap sudut kota. Saya sangat menyarankan Anda semua untuk mencoba gyukatsu, tidak hanya karena menggunakan daging sapi (bagi yang tidak mengonsumsi daging babi), namun cara makan makanan ini tergolong sangat unik. Dari beberapa rumah makan gyukatsu yang ada, saya memilih Gyukatsu Iroha (牛かつ いろは) di Ikebukuro karena letaknya dekat dengan tempat tinggal saya, dan memiliki rating yang bagus juga di situs tempat makan lokal. LokasiGyukatsu Iroha terletak di bagian timur Ikebukuro (Higashi Ikebukuro), jadi jika Anda tiba di stasiun Ikebukuro, Anda hanya perlu keluar di East Exit atau Seibu Exit. Sesampainya, Anda tinggal berserah diri kepada Google Maps. Lokasinya ada di dua gedung sebelah McDonald, dan jika Anda bisa membaca huruf hiragana, tulisannya terpampang jelas Iroha (いろは), jadi amatlah mudah ditemukan. Kalau Anda mengunjungi restoran ini di malam hari, jangan kaget ya! Karena rumah makan ini berada pada gedung yang sama dengan host club untuk pria, jadi kemarin saya sempat kaget, kok saya dijamu oleh wanita berpakaian seksi dan banyak salary man keluar bersama wanita-wanita tersebut?! Eh! Ternyata setelah lebih dekat dengan pintu masuk, akan terlihat lebih jelas tuh mana yang tempat makan beneran, dan mana yang tempat "makan" bohongan he-he. Jadi Iroha letaknya di basement gedung tersebut, sedangkan host club tersebut letaknya di atas. Jadi, jangan sampai naik tangga ya, melainkan Anda harus menuruni tangga. MenuSaat itu saya tiba di Iroha pukul 21.15 waktu Jepang, dan sudah ada 10 orang mengantri di tangga turun menuju Iroha. Tapi karena saya tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut, akhirnya saya bersikukuh dan mengantri selama 17 menit di tangga tersebut. Saat mengantri, tiba-tiba datang pelayan Iroha menggunakan yukata putih khas rumah makan Jepang. Dirinya membawa papan tulis yang sedang "kekinian" di Jepang, yaitu papan Boogie Board dan menu dalam bahasa Jepang dan Inggris. Dirinya datang ke setiap pelanggan, menanyakan berapa orang yang makan dan pesanan makanannya apa. Menunya sendiri hanya ada empat, dan semuanya adalah gyukatsu set, jadi kalau ingin memesan tinggal bilang saja menu nomor berapa. Lalu apa yang membedakan keempat menu tersebut? Jadi, keempat menu tersebut dibedakan oleh ukuran makanannya. Menu #1 dan #2 merupakan ukuran reguler, bedanya #1 tidak menggunakan yam, sedangkan #2 menggunakan yam. Menu #3 dan #4 sama seperti dengan menu #1 dan #2, namun dibedakan dengan porsi yang lebih besar. Saya sempat melihat betapa tingginya nasi pada mangkuknya. Sebagai bayangan, jika Anda pernah menonton drama "Jin", pada episode 1 atau 2, Osawa Takao diberi nasi oleh Ayase Haruka mangkuk berisikan nasi yang tingginya sama persis dengan porsi nasi di menu #3 dan #4 di Iroha. Selain nasi yang lebih banyak, daging pada menu nomor ini juga lebih banyak. Nah, dalam satu set ini Anda akan mendapatkan miso-shiru, acar timun, gyukatsu, nasi, irisan kol, dan potato salad. Suasana tempat makanPantas saja jika tempat makan ini antreannya panjang karena ruangannya amat sangat sempit! Ada 8 kursi di meja bar yang langsung menghadap dapur, dan 3 meja makan untuk 6 orang sehingga rumah makan ini hanya bisa menampung 14 pelanggan. Saya sangat merekomendasikan agar Anda tidak membawa banyak bawaan saat mengunjungi rumah makan ini, kalau bisa tahu diri saja ya. Huntungnya saat itu saya tidak membawa kamera SLR, jadi semua foto saya abadikan melalu telepon genggam, bahkan telepon saya tersiram miso-shiru yang saya tumpahkan di baki, sekali lagi hal ini disebabkan oleh sempitnya ruang gerak di sana. Untuk barang bawaan, Anda bisa meletakan di bawah kursi, karena di setiap kursi akan diberikan baki (tray) untuk meletakan barang bawaan Anda. Namun, sekali lagi saya tegaskan Anda untuk sangat ringkas saat berada di Iroha. Lucunya, saat saya keluar dari Iroha, dan menaiki tangga, antreannya semakin ramai, dan ada tamu yang membawa dua koper yang berukuran cukup besar (sepertinya koper tersebut sedang dititipkan di tangga), akhirnya saya keluar dengan penuh kesulitan. Rasa adalah pembuktianKarena saya sendirian, saya ditempatkan di meja bar. Setelah saya duduk, pelayan meletakan alas pada panggangan yang disediakan untuk setiap tamu, lalu menyalakan api pada panggangan tersebut, selanjutnya saya menunggu pesanan saya yaitu Gyukatsu Set #2 (porsi reguler, dengan yam). Selama menunggu pesanan, gerak-gerik yang bisa saya lakukan ialah mengamati setiap gerakan di dapur dan para tamu yang ada di kanan-kiri saya. Lalu, di depan saya terdapat lembaran tata cara makan gyukatsu dengan bahasa Inggris, yang kesimpulannya: memang melahap gyukatsu berbeda dengan cara menikmati tonkatsu atau chicken-katsu. Gyukatsu tidak digoreng hingga matang, yang artinya saat disajikan ke meja pelanggan, daging berada dalam kondisi rare. Nah, disinilah peran pemanggang pada setiap meja pelanggan digunakan, yang dimaksudkan agar pelanggan dapat menentukan tingkat kematangan daging. Untuk menikmatinya, Anda hanya perlu membalurkan daging dengan kecap asin dan saus bawang dengan parutan horseradish, lalu dapat pula dioleskan wasabi, setelahnya Anda tinggal memanggang daging tersebut di panggangan hingga tingkat kematangan yang diinginkan. Saya sendiri merupakan penggemar daging dengan tingkat kematangan medium-rare, jadi saya hanya meletakan daging di panggangan selama 8 detik untuk kedua sisi. Sebagai permulaan, saya hanya ingin menikmati dagingnya terlebih dahulu tanpa nasi, agar saya mendapatkan rasa asli dari gyukatsu, saat saya memasukan daging tersebut ke mulut, oh! betapa indahnya malam tersebut. Bagian luar daging yang digoreng menggunakan tepung panko tidak menutupi dominan tebalnya daging, permukaan luar tipis tepung panko tersebut memberikan kesempatan kepada saya untuk merasakan daging dengan cara yang khidmat, peran dari tepung tersebut hanya untuk mengikat bumbu pada permukaan luar sehingga perpaduan asin khas Jepang muncul saat pertama kali saya memasukan daging tersebut ke mulut. Tidak hanya itu, dagingnya sangat empuk. Keempukan daging yang awalnya tidak menyerap bumbu tersebut lama-kelamaan tercampur dengan lumuran bumbu di pemukaan tepung secara bertahap saat dikunyah. Saya merasakan nikmat yang luar biasa, bisa dibilang gyukatsu merupakan makanan terindah yang pernah saya nikmati di Jepang selama ini, tidak hanya dari pengalaman memakannya, namun cita rasa yang diberikan sangatlah luar biasa. Gyukatsu Iroha (牛かついろは) 1-9-7 Higashiikebukuro, Toshima, Tokyo (東京都 豊島区 東池袋 1-9-7 友光ビル B1F)
Operating Hours: Everyday, 11 am - 11 pm (LO: 10 pm) Near Station: Ikebukuro Station (JR Line East Exit)
0 Comments
Leave a Reply. |
ArchivesCategories
All
|