Hampir satu tahun saya tidak pernah pergi ke Bandung, akhirnya pada pertengahan Januari ini saya kembali menapaki kota sejuk ini. Kali ini, saya berkunjung ke Bandung bersama kedua sahabat perempuan, yang pastinya tidak lain akan mencari tempat makan "cantik", maklum-lah gadis-gadis he-he. Kali ini kami memilih Vermont, restoran yang akhir-akhir interiornya sering dijadikan latar belakang foto cantik di instagram, dan sering pula restoran ini disebut-sebut pada beberapa blog kuliner. Vermont sendiri terletak dekat dengan Rumah Mode di Jl. Setiabudi, dekat pula dengan Saka Bistro & Bar. Makanan dan MinumanSaya memesan Sangria-minuman khas Spanyol, yang bahan dasarnya adalah red wine dan potongan bermacam buah, namun di Vermont mereka menyediakan sangria nonalkohol, langsung saya pesan lah ya karena jarang sekali saya menemukan versi nonalkohol dari minuman ini. Saat sangria saya datang, saya kaget, kok warna minumannya tidak ungu seperti sangria asli, saya pun pernah membuat sangria nonalkohol, namun warnanya tetap ungu. Ya, pada akhirnya saya sedikit tidak peduli sih karena bentuk gelasnya cukup menarik perhatian he-he. Setelah dicoba, rasanya memang berbeda dari rasa sangria yang berat, minuman ini lebih ringan dan segar yang didapatkan dari sirup markisa (atau mungkin jeruk, samar-samar sih), namun tidak terlalu manis, ditambah dengan potongan strawberi, melon, dan kiwi. Walaupun rasanya sangat berbeda dari sangria, namun minuman ini cukup saya rekomendasikan (walaupun tidak spesial) karena kesegarannya. Teman saya, Gisa, memesan Ice Lychee Tea, yang tentunya berbahan dasar teh, leci, dan biji selasih, rasanya hampir sama dengan kebanyakan tempat, namun yang saya suka rasanya tidak terlalu menonjol, alias rasa manis dari gula dan rasa dari lecinya benar-benar pas, tidak lebay sehingga tidak berat saat dikonsumsi bersama makanan. Lalu, teman saya satu lagi, Nadhira, memesan Mango Smoothies, jujur perut saya sedikit tidak beres jika harus mengonsumsi mangga, saya pernah diare dan muntah sepanjang perjalanan Singapura-Jakarta setelah mengonsumsi minuman berbahan dasar mangga. Tanpa mengetahui mangga adalah bahan dasar minuman yang dipesan Nadhira, saya mencoba minuman tersebut, dan... minuman ini enak sekali! saya suka sekali rasanya karena kerasa banget susunya, namun rasa mangganya tetap terasa walaupun tidak terlalu menonjol, jadi lebih mirip mango milkshakes, belum lagi tidak begitu manis. Saya sendiri sangat merekomendasikan minuman ini (bagi yang suka rasa susu ya!). Saya secara pribadi sih suka dengan penyajian minuman di Vermont, mengingat mereka tahu kadar yang pas untuk pemberian gula, tidak berlebihan, tidak seperti kebanyakan tempat makan yang saya temukan di Jakarta. Pesanan Nadhira untuk makanan sendiri adalah Spaghetti Bolognese, sebenarnya saya kaget sih saat dia memesan spaghetti ini karena menurut saya basic sekali pilihannya he-he, kalau saya kan sukanya pesan yang "cukup" aneh. Namun, jangan meremehkan menu basic seperti spaghetti bolognese karena menu seperti inilah yang akan membawa anda ke permulaan kualitas rasa yang dimiliki rumah makan ataupun restoran. Nyatanya, spaghetti bolognese di Vermont benar-benar memiliki rasa yang khas dan klasik. Rasa klasik yang saya maksud tercipta dari rasa oregano yang muncul pada saus tomat pada spaghetti ini, benar-benar sangat klasik. Sedangkan Gisa, memesan Gnocchi Carbonara. Gnocchi sendiri merupakan pasta yang tentunya berbahan dasar tepung dan telur, namun ditambah kentang, jadi teksturnya kenyal, seperti cilok kalau dianalogikan, namun bentuknya sendiri seperti sendok madu. Gnocchi di restoran ini dimasak al dente sehingga saya dapat menikmati kekenyalan gnocchi yang membuat ketagihan, namun tidak sulit untuk memotong tiap bagian gnocchi ini untuk dapat dicerna. Belum lagi saos karbonara yang sangat lezat, rasa krim yang "nendang" dipadukan dengan rasa bawang putih yang bertebaran di dalamnya, dan yang mengagetkan, smoked beef pada pasta ini sedikit berbeda dari restoran pada umumnya yang tekstur smoked beef-nya lembut seperti yang dijual di pasaran. Smoked beef pada pasta ini memiliki rasa asap yang lebih kuat dan tekstur yang membuat saya dapat merasakan serat dagingnya, Gisa juga memiliki pendapat yang sama dengan saya. Nah ini nih pesanan saya, yaitu Beef Ribs Stew, menu ini sendiri berada di lembaran yang terpisah dari buku menu. Tadinya saya ingin memesan Hot Claypot Rice with Foie Gras, namun dibutuhkan 25 menit untuk memasak menu ini, mengingat saya hanya memiliki waktu 1 jam di restoran ini karena harus mengejar mobil travel di Pasteur, saya jadi pesan beef ribs stew deh karena akhir-akhir ini lagi "ngidam" ribs dan steak, selain itu harganya juga termasuk murah untuk ribs yang dijual di restoran cantik, yaitu Rp80.000. Pada akhirnya, makanan saya keluar paling belakangan, dan saat disajikan di meja saya, saya dan dua teman saya tercenggang karena piring yang besar dan tampilan yang cantik, baru pertama kali tampilan makanan yang saya pesan lebih cantik dibandingkan gambar yang ada di menu he-he. Di dalam piring tersebut ada sauteed vegetables, mashed potatoes (bisa diganti french fries, dsbnya), beef ribs dengan saus jamur (bisa diganti dengan saus barberkyu atau black pepper), grilled garlic, dan yang paling cantik adalah jaring-jaring yang terbuat dari adonan pancake. Dengan Rp80.000 saya memperoleh potongan iga dengan daging tebal yang menyelimuti tulang iganya, amat sangat worth-it! Tidak hanya itu, iganya direbus dengan pas, tidak terlalu empuk dan tidak terlalu keras sehingga saya masih mendapatkan tekstur daging, namun dagingnya dapat dilepaskan dari tulang dengan mudah. Belum lagi rasa bawang putih utuh yang dipanggang, beuh benar-benar dahsyat, saat digigit ada hentakan keras pada bagian luar namun dilanjutkan dengan bagian lembut pada tengah bawang, benar-benar sangat nikmat dan tidak menginggalkan bau bawang putih pada mulut. Namun, bagian terindah dari menu ini adalah melahap setiap bagian yang ada di piring itu secara bersamaan, hal tersebut didukung oleh jaring-jaring pancake yang sangat memukau hingga Gisa dan Nadhira merengek keenakan saat melahap jaring-jaring tersebut. Adonannya sedikit manis dengan aroma dan rasa sirup maple yang menempel serta tekstur yang sedikit mengembang. Saat jaring-jaring pancake tersebut dimakan bersama mashed potatoes, potongan daging, bawang putih panggang, dan sauteed vegetables, rasanya benar-benar meledak, sangat cantik sekali. Saya benar-benar bangga tidak salah memilih menu ini. KesimpulanKalau boleh jujur, dapat dibilang saya hampir muak dengan kehadiran beragam restoran cantik yang menyelimuti Jakarta, yang bisa dibilang mereka habis-habisan membangun tempat cozy yang disediakan sebagai tempat pelabuhan status update dan foto di media sosial, namun menawarkan makanan yang bisa dibilang apa adanya dan harga setinggi langit. Namun saat saya pergi ke Bandung, ada Vermont yang dapat dikatakan merupakan restoran yang serius, dekorasi mereka menarik dengan cahaya yang menyelimuti sela-sela ruangan, makanan mereka memiliki rasa yang memuaskan, pelayanan mereka baik dan tanggap, serta harga yang masuk akal. Di Jakarta untuk makan di restoran cantik dibutuhkan kurang lebih Rp600.000 untuk tiga orang, namun di Vermont kami menghabiskan Rp315.000 untuk bertiga, sudah termasuk pajak 10% dan servis 5%. Bagi anda yang penasaran dengan Vermont, saya sangat merekomendasikan restoran ini. Menu Vermont
0 Comments
Leave a Reply. |